Tuesday, October 30, 2018

Dan Aku Memilih Untuk Bahagia


"ya gimana lagi, aku terpaksa memilih untuk sementara waktu dirumah dulu karena anakku masih kecil, walaupun sebenarnya aku pengen banget melanjutkan studiku ke luar negeri"

"iya, aku sudah resmi pisah dari suamiku, mau gimana lagi, dia nggak pernah bisa berubah"

"biaya sekolah anakku mahal banget, terpaksa aku lembur terus, soalnya kasian kalau anakku harus sekolah di sekolah negeri biasa, takut nggak nyambung kalau main sama temen-temennya dikomplek yang sekolah di international school"

***

Sering kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang sulit, yang kadang semakin sulit karena ada tuntutan dari orang sekitar. Dari keluarga, teman, tetangga, suami, anak dan bahkan diri sendiri.

Seorang ibu yang memilih untuk melanjutkan studi, dipandang nyinyir sebagai ibu yang terlalu berambisi, yang tak sayang dengan buah hati, dan terlalu egois memikirkan diri sendiri,
Tapi jika dia memilih untuk bahagia dengan pilihannya, orang lain bisa apa?

Seorang sarjana yang lulus dari universitas ternama, yang berprestasi dengan nilai sempurna. Tapi ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, mengupayakan segala yang terbaik untuk buah hatinya.
Dan dia memilih untuk bahagia dengan statusnya, lalu orang lain bisa apa?

Wanita karir yang selalu bangun pagi, menyiapkan sarapan dan MPASI sebelum berangakat mencari rizki, berjibaku dengan jalanan macet dan pekerjaan yang menguras emosi, dan mengupayakan pulang membawa cinta dalam beberapa botol ASI.
Tapi lagi lagi, dia bahagia dengan perjuangannya, lalu orang lain bisa apa?

Seorang perempuan yang berstatus janda, rela mengubur kebahagiaannya karena berjuang demi anak-anaknya, dari brutalnya suami pelaku kekerasan rumahtangga.
Lalu.. dia dipandang sinis sebagai pengancam keharmonisan keluarga tetangga.
Dan diapun, memilih bahagia dalam sabarnya, lalu orang lain bisa apa?

Karena bahagia itu kita yang punya, apapun pilihan yang kita ambil, kita berhak untuk bahagia.

Dan saat kita memilih untuk bahagia, orang lain bisa apa?
Kita akan tetap melangkah dengan pilihan hidup kita,
Dan mereka akan tetap disana bersama penyakit hatinya.

Hari ini dan seterusnya, jangan pernah meninggalkan koper kebahagiaan kita, kemanapun langkah kaki menentukan pilihannya 

Fitrina Kamalia





No comments:

Post a Comment

Popular Posts