Sunday, October 28, 2018

Bunda Beri Aku Waktu..

"Kak, duduknya yang anteng dong, yang sopan kalau dirumah orang"

"Kak, kok adiknya digigit sih? Adiknya kan nggak salah apa-apa? "

"Binaaar, ayo beresin mainannya sekarang, belajar tanggung jawab dan jadi contoh yang baik untuk adik"

"Kakak, jangan ngompol lagi dong, kakak kan udah gede, ke toilet ya pipisnya"

***

Jujur, saya ngetik kalimat-kalimat diatas seperti menghantam diri saya sendiri dengan batu, menyakitkan dan mata saya pun basah...

Ya.. Itu adalah kesalahan yang selalu saya sesali, cara saya memperlakukan makhluk kecil ini seperti saya memperlakukan diri saya sendiri, sebagai orang dewasa yang paham dengan perannya.

Tapi ternyata saya lupa, bahwa dia hanyalah bocah balita yang memiliki energi berlebih, yang dia sendiri tak tau bagaimana harus menghabiskannya..

Dia yang punya banyak hal yang ingin disampaikan, tapi tak tahu bagaimana cara menyampaikannya. Dan ketika kita tak paham yang dia maksudkan, dia mengalihkannya dengan tangisan, gigitan dan pukulan, lalu.. dengan tanpa beban kita menyebutnya dengan "kenakalan", yang membuatnya terlihat seperti raja kecil pembuat keonaran.

Dia yang masih memerlukan perhatian dan kasih sayang yang penuh, tapi harus berbagi pelukan dengan adiknya, dibebankan tanggung jawab sebagai seorang kakak, kakak yang harus bersikap baik dan mandiri, tanpa peduli berapapun usianya.

Dia yang masih bertumbuh belum sempurna, jangankan untuk menahan pipis, mengontrol tangannya untuk menyuap makanan ke mulutnyapun kadang masih belepotan, tapi dia tetap berusaha.

Ya Allah, betapa egoisnya kami...
Memandang tubuh kecil ini dengan kaca mata dewasa, memperlakukannya tanpa memandang bilangan usia, dan membebaninya dengan tanggung jawab yang tak semestinya.

Mungkin, jika dia dapat mengatakannya, dia akan berkata"

"Bunda, aku tidak tau harus bagaimana, tubuhku terus saja ingin bergerak, karena aku merasa semangat sekali.

Bunda, maafkan aku yang tak bisa menunjukkan rasa kesalku dengan benar, sehingga membuatmu selalu marah dan sedih.

Dan bunda, sebenarnya aku juga ingin menjadi kakak yang baik untuk adik, tapi entah kenapa aku juga merasa ingin diperhatikan olehmu, di timang sepertinya, pasti sangat menyenangkan..

Maafkan aku bunda, saat aku berusaha menahan pipisku, aku tak tahu kenapa tiba-tiba celanaku menjadi basah, dan akhirnya membuatmu marah, tapi aku sudah berusaha bunda..

Tapi bunda, bunda harus tahu bahwa aku menyayangimu, aku hanya perlu sedikit waktu untuk menjadi seperti maumu.. berikan aku waktu bunda, semoga engkau masih memiliki kesabaran untuk menunggunya.. "

Maafkan bunda nak.. ðŸ˜§ðŸ˜§

*hening

~Fitrina Kamalia
"Kak, duduknya yang anteng dong, yang sopan kalau dirumah orang"

"Kak, kok adiknya digigit sih? Adiknya kan nggak salah apa-apa? "

"Binaaar, ayo beresin mainannya sekarang, belajar tanggung jawab dan jadi contoh yang baik untuk adik"

"Kakak, jangan ngompol lagi dong, kakak kan udah gede, ke toilet ya pipisnya"

***

Jujur, saya ngetik kalimat-kalimat diatas seperti menghantam diri saya sendiri dengan batu, menyakitkan dan mata saya pun basah...

Ya.. Itu adalah kesalahan yang selalu saya sesali, cara saya memperlakukan makhluk kecil ini seperti saya memperlakukan diri saya sendiri, sebagai orang dewasa yang paham dengan perannya.

Tapi ternyata saya lupa, bahwa dia hanyalah bocah balita yang memiliki energi berlebih, yang dia sendiri tak tau bagaimana harus menghabiskannya..

Dia yang punya banyak hal yang ingin disampaikan, tapi tak tahu bagaimana cara menyampaikannya. Dan ketika kita tak paham yang dia maksudkan, dia mengalihkannya dengan tangisan, gigitan dan pukulan, lalu.. dengan tanpa beban kita menyebutnya dengan "kenakalan", yang membuatnya terlihat seperti raja kecil pembuat keonaran.

Dia yang masih memerlukan perhatian dan kasih sayang yang penuh, tapi harus berbagi pelukan dengan adiknya, dibebankan tanggung jawab sebagai seorang kakak, kakak yang harus bersikap baik dan mandiri, tanpa peduli berapapun usianya.

Dia yang masih bertumbuh belum sempurna, jangankan untuk menahan pipis, mengontrol tangannya untuk menyuap makanan ke mulutnyapun kadang masih belepotan, tapi dia tetap berusaha.

Ya Allah, betapa egoisnya kami...
Memandang tubuh kecil ini dengan kaca mata dewasa, memperlakukannya tanpa memandang bilangan usia, dan membebaninya dengan tanggung jawab yang tak semestinya.

Mungkin, jika dia dapat mengatakannya, dia akan berkata"

"Bunda, aku tidak tau harus bagaimana, tubuhku terus saja ingin bergerak, karena aku merasa semangat sekali.

Bunda, maafkan aku yang tak bisa menunjukkan rasa kesalku dengan benar, sehingga membuatmu selalu marah dan sedih.

Dan bunda, sebenarnya aku juga ingin menjadi kakak yang baik untuk adik, tapi entah kenapa aku juga merasa ingin diperhatikan olehmu, di timang sepertinya, pasti sangat menyenangkan..

Maafkan aku bunda, saat aku berusaha menahan pipisku, aku tak tahu kenapa tiba-tiba celanaku menjadi basah, dan akhirnya membuatmu marah, tapi aku sudah berusaha bunda..

Tapi bunda, bunda harus tahu bahwa aku menyayangimu, aku hanya perlu sedikit waktu untuk menjadi seperti maumu.. berikan aku waktu bunda, semoga engkau masih memiliki kesabaran untuk menunggunya.. "

Maafkan bunda nak.. ðŸ˜§ðŸ˜§

*hening

~Fitrina Kamalia
"Kak, duduknya yang anteng dong, yang sopan kalau dirumah orang"

"Kak, kok adiknya digigit sih? Adiknya kan nggak salah apa-apa? "

"Binaaar, ayo beresin mainannya sekarang, belajar tanggung jawab dan jadi contoh yang baik untuk adik"

"Kakak, jangan ngompol lagi dong, kakak kan udah gede, ke toilet ya pipisnya"

***

Jujur, saya ngetik kalimat-kalimat diatas seperti menghantam diri saya sendiri dengan batu, menyakitkan dan mata saya pun basah...

Ya.. Itu adalah kesalahan yang selalu saya sesali, cara saya memperlakukan makhluk kecil ini seperti saya memperlakukan diri saya sendiri, sebagai orang dewasa yang paham dengan perannya.

Tapi ternyata saya lupa, bahwa dia hanyalah bocah balita yang memiliki energi berlebih, yang dia sendiri tak tau bagaimana harus menghabiskannya..

Dia yang punya banyak hal yang ingin disampaikan, tapi tak tahu bagaimana cara menyampaikannya. Dan ketika kita tak paham yang dia maksudkan, dia mengalihkannya dengan tangisan, gigitan dan pukulan, lalu.. dengan tanpa beban kita menyebutnya dengan "kenakalan", yang membuatnya terlihat seperti raja kecil pembuat keonaran.

Dia yang masih memerlukan perhatian dan kasih sayang yang penuh, tapi harus berbagi pelukan dengan adiknya, dibebankan tanggung jawab sebagai seorang kakak, kakak yang harus bersikap baik dan mandiri, tanpa peduli berapapun usianya.

Dia yang masih bertumbuh belum sempurna, jangankan untuk menahan pipis, mengontrol tangannya untuk menyuap makanan ke mulutnyapun kadang masih belepotan, tapi dia tetap berusaha.

Ya Allah, betapa egoisnya kami...
Memandang tubuh kecil ini dengan kaca mata dewasa, memperlakukannya tanpa memandang bilangan usia, dan membebaninya dengan tanggung jawab yang tak semestinya.

Mungkin, jika dia dapat mengatakannya, dia akan berkata"

"Bunda, aku tidak tau harus bagaimana, tubuhku terus saja ingin bergerak, karena aku merasa semangat sekali.

Bunda, maafkan aku yang tak bisa menunjukkan rasa kesalku dengan benar, sehingga membuatmu selalu marah dan sedih.

Dan bunda, sebenarnya aku juga ingin menjadi kakak yang baik untuk adik, tapi entah kenapa aku juga merasa ingin diperhatikan olehmu, di timang sepertinya, pasti sangat menyenangkan..

Maafkan aku bunda, saat aku berusaha menahan pipisku, aku tak tahu kenapa tiba-tiba celanaku menjadi basah, dan akhirnya membuatmu marah, tapi aku sudah berusaha bunda..

Tapi bunda, bunda harus tahu bahwa aku menyayangimu, aku hanya perlu sedikit waktu untuk menjadi seperti maumu.. berikan aku waktu bunda, semoga engkau masih memiliki kesabaran untuk menunggunya.. "

Maafkan bunda nak.. ðŸ˜§ðŸ˜§

*hening

~Fitrina Kamalia
"Kak, duduknya yang anteng dong, yang sopan kalau dirumah orang"

"Kak, kok adiknya digigit sih? Adiknya kan nggak salah apa-apa? "

"Binaaar, ayo beresin mainannya sekarang, belajar tanggung jawab dan jadi contoh yang baik untuk adik"

"Kakak, jangan ngompol lagi dong, kakak kan udah gede, ke toilet ya pipisnya"

***

Jujur, saya ngetik kalimat-kalimat diatas seperti menghantam diri saya sendiri dengan batu, menyakitkan dan mata saya pun basah...

Ya.. Itu adalah kesalahan yang selalu saya sesali, cara saya memperlakukan makhluk kecil ini seperti saya memperlakukan diri saya sendiri, sebagai orang dewasa yang paham dengan perannya.

Tapi ternyata saya lupa, bahwa dia hanyalah bocah balita yang memiliki energi berlebih, yang dia sendiri tak tau bagaimana harus menghabiskannya..

Dia yang punya banyak hal yang ingin disampaikan, tapi tak tahu bagaimana cara menyampaikannya. Dan ketika kita tak paham yang dia maksudkan, dia mengalihkannya dengan tangisan, gigitan dan pukulan, lalu.. dengan tanpa beban kita menyebutnya dengan "kenakalan", yang membuatnya terlihat seperti raja kecil pembuat keonaran.

Dia yang masih memerlukan perhatian dan kasih sayang yang penuh, tapi harus berbagi pelukan dengan adiknya, dibebankan tanggung jawab sebagai seorang kakak, kakak yang harus bersikap baik dan mandiri, tanpa peduli berapapun usianya.

Dia yang masih bertumbuh belum sempurna, jangankan untuk menahan pipis, mengontrol tangannya untuk menyuap makanan ke mulutnyapun kadang masih belepotan, tapi dia tetap berusaha.

Ya Allah, betapa egoisnya kami...
Memandang tubuh kecil ini dengan kaca mata dewasa, memperlakukannya tanpa memandang bilangan usia, dan membebaninya dengan tanggung jawab yang tak semestinya.

Mungkin, jika dia dapat mengatakannya, dia akan berkata"

"Bunda, aku tidak tau harus bagaimana, tubuhku terus saja ingin bergerak, karena aku merasa semangat sekali.

Bunda, maafkan aku yang tak bisa menunjukkan rasa kesalku dengan benar, sehingga membuatmu selalu marah dan sedih.

Dan bunda, sebenarnya aku juga ingin menjadi kakak yang baik untuk adik, tapi entah kenapa aku juga merasa ingin diperhatikan olehmu, di timang sepertinya, pasti sangat menyenangkan..

Maafkan aku bunda, saat aku berusaha menahan pipisku, aku tak tahu kenapa tiba-tiba celanaku menjadi basah, dan akhirnya membuatmu marah, tapi aku sudah berusaha bunda..

Tapi bunda, bunda harus tahu bahwa aku menyayangimu, aku hanya perlu sedikit waktu untuk menjadi seperti maumu.. berikan aku waktu bunda, semoga engkau masih memiliki kesabaran untuk menunggunya.. "

Maafkan bunda nak.. ðŸ˜§ðŸ˜§

*hening

~Fitrina Kamalia



No comments:

Post a Comment

Popular Posts