Wednesday, May 18, 2016

Filter itu bernama hati

Ketika sebuah bunga teratai yang hidup diatas air yang keruh, tak semata-mata ia menyerap semua zat yang berada di air untuk di olah menjadi nutrisinya. Ia memilih zat-zat yang baik saja untuk dijadikan sumber makanan sehingga dapat menghasilkan bunga yang indah. 

Begitu pula manusia, ditengah beragamnya pemikiran dan paham yang makin hari makin kacau ini, yang kadang terasa ambigu dan bahkan begitu saru untuk ditelaah. Banyaknya para penulis baru yang meramaikan etalase toko buku, yang sebagaian memang menjadikan buku sebagai senjata dan obat anti pikun yang akan membuat mereka akan terus terkenang dengan karya-karyanya, dan sebagian yang lain hanya muncul saat mendekati pemilu, berkoar-koar seolah paling pintar, padahal mencetak buku hanya untuk numpang tenar.

Tapi tak mengapa, mereka justru memperkarya warna, menjadi penyeimbang antara yang pro dan kontra, menambah nutrisi otak yang kadang sudah kadaluarsa. Bacalah, baca buku apapun yang kau suka, pelajarilah ideologi apapun yang ingin kau ketahui, puaskan rasa ingin tahumu dengan membaca. Tak perlu risau dengan anggapan orang, tak perlu pusing dengan penilaian benar ataupun salah, kau hanya perlu memahaminya, membaca dengan seksama, melihat permasalahan dengan utuh sempurna, lalu biarkan hati yang akan menjadi filternya. 

Pada dasarnya hati manusia memiliki kecenderungan terhadap kebaikan dan senang melihat yang baik. Pada beberapa hadist telah dijelaskan:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dari sahabat An-Nawwas bin Sam’anradhiyallahu ‘anhu ,
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)

Dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,

Dari Wabishah bin ma’bad radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berkata: “Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab: benar. Kemudian beliau bersabda(artinya): “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad (4/227-228), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (22/147), dan Al Baihaqi dalam Dalaailun-nubuwwah (6/292))

Gambar diambil dari sini

Tingginya langit tidak akan berkurang hanya karena tebalnya awan, begitu pula kebaikan dan kebenaran yang tidak akan terkikis oleh kenakalan pemikiran segelintir orang. Bacalah, buku apapun itu, faham kanan, kiri, atas dan bawah, dengan begitu kau akan melihat kebenaran lebih utuh, tidak parsial dan yang penting tidak hanya sekedar ikut-ikutan.

2 comments:

  1. Assalamualaikum,
    setuju... hati sebagai filter.

    adakalanya getaran hati begitu kuat "menolak" namun nafsu terus mendorong untuk melakukannya.

    terimakasih mba Fitrina, smoga langkah kita selalu terfilter :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waalaikumsalam mbak..

      Memang terkadang sangat sulit mengandalikan nafsu, tapi disitulah perannya iman, semoga kita senantiasa dalam naungan petunjuknya :) amin

      Delete