Friday, July 3, 2020

Hal-hal yang Menyakiti anak tanpa kita sadari

Dari diskusi tentang Charlotte Mason kemarin aku menemukan insight bahwa ternyata selama ini banyak orang tua termasuk aku yang tanpa sadar berbuat dzolim kepada anak. Awalnya ku kira dzolim (menyakiti) ini hanya sebatas melakukan kekerasan fisik dan verbal saja, ternyata definisi dzolim menurut CM lebih luas lagi, yaitu dzolim secara moral, fisik, spiritual dan intelektual. Ngeri kaan?

Dzolim secara moral itu yang bagaimana?

Jika anak berbuat kesalahan tapi orang tuanya tidak mengoreksinya saat itu juga, sehingga akan membentuk kebiasaan buruk anak yang nantinya dalam jangka panjang akan terbentuk jadi karakter buruk anak. Biasanya orang tua tidak mengoreksi anak dengan alasan karena anan masih kecil, anak belum paham dll. Padahal ketika tidak segera dikoreksi perilaku buruk tersebut nantinya akan menjadi penghambat dan menyulitkan kehidupan anak kelak. Secara tidak langsung orang tualah yang bertanggung jawab atas terbentuknya perilaku dan karakter buruk anak itu.

Makanya sebisa mungkin ketika anak berbuat kesalahan, segera dikoreksi dan diberikan pemahaman yang benar, tapi cara mengoreksinya harus tetap lembut tapi tegas dan ketika anak tidak sedang di depan orang banyak untuk menjaga harga dirinya.

Yang kedua adalah mendzolimi anak secara fisik, misalnya kita paham benar bahwa anak memerlukan nutrisi yang cukup dan beragam untuk pertumbuhannya, tapi terkadang orang tua malas memasak sehingga hanya memberikan makanan yang simpel-simpel saja (nugget, sosis, telur ceplok) dan akhirnya anak terbiasa makan tanpa sayur dan tidak suka sayur. Terlihat sepele tapi itu melanggar hak anak untuk mendapatkan kecukupan nutrisi.

Contoh lain adalah membiarkan anak hidup dalam lingkungan yang tidak aman dan tidak kondusif sehingga perkembangan fisik anak terhambat atau bahkan membahayakan anak.

Yang ketiga adalah dzolim spiritual, yaitu anak tidak dikenalkan dan didekatkan kepada Tuhannya dengan cara yang baik dan benar. Padahal anak sudah memiliki fitrah untuk mengenal Tuhan, tapi terkadang hal itu justru dimatikan oleh orang tua karena orang tua abai atau salah dalam memilih cara dalam mengenalkan Rabbnya. 

Contohnya bagaimana? Ketika anak tidak mau sholat dan orang tua membiarkan saja, dengan dalih nanti kalau dewasa akan tumbuh sendiri kesadarannya, tapi apakah benar begitu? padahal sholat itu harus dibiasakan dan sangat prinsipil agar anak tidak merasa berat saat menjalankannya. Dalam hadist pun sudah dijelaskan bahwa orang tua boleh bertindak tegas ketika anak enggan melakukan sholat saat usianya sudah mencapai tujuh tahun. Atau orang tua menganggap anak masih terlalu kecil untuk diajak berdiskusi tentang Allah, sehingga masa kecilnya terlewat begitu saja tanpa mengenal Allah.

Atau kesalahan lain dalam proses mengenalkan Allah ke anak adalah dengan meminta anak menghafalkan doa-doa dan ayat-ayat yang kering, anak hanya menghafal tanpa dijelaskan maknanya, lalu bagaimana anak bisa faham dan bisa meresapi apa yang dibacanya? Jika anak tidak dapat memahami makna doa dan firman Allah, lalu bagaimana anak akan mengenal Tuhannya?

Yang terakhir adalah dzolim intelektual, ketika orang tua tidak memberikan stimulasi otak yang cukup pada anak, orang tua abai terhadap pendidikan anak dan juga membiarkan anak melakukan hal yang merusak otak misalnya kecanduan gadget, game, pornografi dan narkoba. 

Yang pelu selalu kita ingat adalah bahwa anak bukanlah milik kita yang bisa kita perlakukan suka-suka kita, mereka adalah titipan Allah yang harus kita jaga dengan baik dan serius. Maka dari itu orang tua tidak boleh berhenti belajar agar dapat menjaga amanah Allah dengan sebaik-baiknya.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts