Monday, June 29, 2020

Kenapa anakku nggak mau dengerin omonganku?

Masih ngomongin soal kepatuhan anak pada orang tua nih, karena menurutku ini hal baru buatku dan penting banget dipelajari polanya oleh orang tua. Nggak sedikit orang tua yang mengeluhkan bahwa anak-anak mereka makin gede makin susah diatur, makin nggak denger omongan orang tuanya, padahal apa benar bahwa perubahan sikap menjadi "nggak nurut" itu terjadi hanya karena mereka sudah makin besar?

Ku rasa enggak, karena banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan anak, bisa jadi semakin besar anak akan semakin cerdas sehingga semakin kritis dalam menanggapi perintah atau nasihat orang tua, akan tetapi serharusnya itu tidak mempengaruhi terhadap kepatuhan anak jka dari awal orang tua konsiten dan memberikan pemahaman bahwa kita melakukan ini karena benar dan harus.

Misalnya tentang screen time anak, jika orang tua memberikan screen time 30 menit per hari dan konsisten melakukannya, maka percaya deh nggak akan ada drama anak merengek-rengek atau nagis minta tambahan waktu nonton. Karena dari awal anak sudah paham bahwa waktunya hanya 30 menit dan itu untuk kebaikannya karena ia tahu bahwa anak harus lebih banyak bergerak, bermain di luar rumah dan mengeksplore lingkungan. Dan anak juga tahu bahwa meskipun mereka merengek dan nangis kejer, orang tuanya tidak akan memberi tambahan waktu karena mereka konsisten dan tegas dengan jadwal screen time.

Contoh lain, anak yang memasuki usia remaja rajin sekali sholat lima waktu, setiap kali mendengar adzan ia bergegas mengambil wudlu dan sholat. Ternyata sejak usia tujuh tahun orang tuanya selalu membiasakan untuk sholat tepat waktu, bukan karena orang tuanya galak, tapi karena orang tuanya memberi contoh dan memberi pemahaman kepada anak bahwa ibadah yang paling utama adalah sholat di awal waktu, dan Allah menyukai orang-orang yang bersegera ketika mendengar panggilan sholat.

See? sebenarnya kepatuhan anak bukan hanya karena anak masih polos dan nurut sama orang tua, sedangkan jika anak semakin besar dan semakin cerdas maka ia akan menajadi tidak patuh. Nope, anak-anak tidak serendah itu, mereka adalah individu yang cerdas dan cermat sekali dalam mengamati pola. Mereka dapat memahami alasan mengapa ia harus melakukan sesuatu, mereka juga teliti dalam melihat pola perilaku orang tuanya sehingga mereka memiliki kesimpulan dan cara pandang tertentu.

Maksudnya gimana sih?

gini..gini.. ketika remaja yang rajin sholat tadi melakukan sholat tepat waktu hanya karena takut pada perintah orang tuanya, maka saat ia di luar rumah mungkin ia akan mengabaikan panggilan adzan dan menunda sholat, tapi jika ia paham bahwa keutamaan ibadah adalah sholat di awal waktu maka ia tetap melakukan sholat tepat waktu dimanapun ia berada. Demikian juga ketika ia melihat orang tuanya konsisten melakukan sholat diawal waktu, ia membaca pola dan menarik kesimpulan bahwa memang menyegerakan sholat adalah bukan hal remeh yang bisa diabaikan, buktinya orang tuanya selalu memprioritaskan waktu sholat diatas pekerjaan-pekerjaannya. 

Beda cerita jika anak melihat orang tuanya sering menunda waktu sholat, maka anak pun akan mengambil kesimpulan bahwa sholat di awal waktu tidak menjadi prioritas penting, yang penting menunaikan sholat, nggak harus di awal waktu, sholatnya mepet-mepet di akhir waktu pun nggak masalah. Meskipun anak paham bahwa ibadah yang paling utama adalah sholat di awal waktu tapi anak tidak melihat kesesuaian itu pada pola jadwal sholat orang tuanya, ya anak nggak akan menganggap bahwa sholat di awal waktu adalah hal yang perlu diprioritaskan.

Menurut Charlotte Mason, ketika orang tua tidak patuh terhadap aturan dan tidak konsisten, maka ibaratnya ia sedang meletakkan batu sandungan yang nantinya akan menghalangi anak untuk disiplin dan patuh terhadap panggilan (perintah) orang tuanya. Semakin banyak orang tua abai pada aturan, maka semakin banyak batu sandungannya.

Soo... jika kita merasa "kok anak gue nggak mau denger omongan gue? harus adu mulut dulu baru mau nurut", nah.. coba deh cek pola yang diterapkan orang tua di rumah, jangan-jangan selama ini kita kurang konsisten terhadap aturan-aturan yang ada, atau kita termasuk orang tua yang moody , ketika kita happy kita akan disiplin, tapi ketika bad mood kita jadi abai sama aturan-aturan, yaudahlah biarin aja makan nggak pakai sayur soalnya lagi males masak, yaudahlah biarin nonton gadget aja daripada berisik, dan banyak yaudahlah yaudahlah lainnya yang akhirnya akan menjadi batu sandungan anak untuk nurut sama orang tua. *lagi ngomongin diri sendiri ya, Fit? hahahah

Well, memang menjadi ibu itu harus terus belajar dan nggak boleh moody, jadi orang tua itu berat karena anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan hadiahnya syurga. kalau mau yang gampang-gampang aja nanti hadiahnya pulsa. Kalau cuma mau pulsa, ya mendingan ikutan giveaway aja, ngapain susah-susah jadi orang tua, ya khaaan~~~~ 



No comments:

Post a Comment

Popular Posts