Friday, October 26, 2018

Siapa yang ngajarin?


Beberapa hari yang lalu saya agak terkejut dengan tingkah Radea (1y2m) yang tiba-tiba saja bisa menirukan ekspresi marah saya.


Saat pengasuhnya bilang " gimana muka galak dek? " 
Dengan sigap dia menajamkan mata sambil agak menunduk, melihat ke arah saya sambil "mentheleng" . Hahaha
Meskipun lucu, tapi saya yakin ada something wrong dari sikap saya.

Hampir saja saya spontan mau nanya ke Radea siapa yang ngajarin dek?
Tapi sebelum saya sempet nanya saya langsung mikir, kalau bukan dari saya, dari siapa lagi dia menirunya?
Saya coba mengingat-ingat, pernah saat gigi atasnya tumbuh, dia memang hobi banget menggigit, karena mungkin gusinya sedang gatal.
Dan beberapa kali dia menggingit saya saat sedang menyusui, sekali saya bilangin pelan-pelan, kedua masih tahan, sampai ketiga saya agak marah sambil menegurnya "adek, nggak boleh gigit, bunda sakit", tapi saat itu saya tidak sadar bagaimana ekspresi marah saya.

Dan benar saja, anak memang sang peniru ulung! Dengan mudahnya dia meniru segala hal yang orang tuanya lakukan, ekspresi wajah, cara berbicara, cara makan, sampai dengan cara berfikir.

Lalu, saat anak sedang melakukan hal yang kita anggap "nakal" dengan entengnya kita nanya "siapa sih yang ngajarin?" itu sih namanya buruk rupa cermin dibelah cyyn..

Kalau kita mau sebentar saya memikirkan, apa yang salah dengan sikap saya? Apa yang salah dengan perkataan saya? Apa yang salah dengan cara mendidik saya? Mungkin tidak akan ada drama emak yang marah-marah dan anak nangis sesenggukan.

Seperti halnya saat foto selfie, saat melihat hasilnya kok kurang bagus, oh ternyata setelah di cek ternyata jilbabnya agak miring, angelnya nggak pas, senyumnya kurang manis dsb, benerin dulu jilbabnya, benerin dulu posisinya, bukannya malah memaki-maki hp karena hasilnya nggak sesuai ekspektasi kan?

Begitu pula dengan anak, saat dia melakukan kesalahan kecil, mungkin dia tidak sadar bahwa ia hanya "ikut-ikutan",

ngikutin siapa? Ya orang-orang disekitarnya, kita... Orang tuanya..

Makanya saya setuju banget, bahwa menjadi orang tua itu bukan hanya soal bagaimana membentuk karekter anak yang baik dengan belajar ilmu parenting segala madzhab, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita membenahi diri menjadi lebih baik untuk menjadi contoh figur yang baik untuk anak-anak.

Taukah ibu...
Seorang anak perempuan yang memiliki ayah yang hebat akan mencari calon suami yang mirip dengan ayahnya, atau minimal dia akan memiliki standar lelaki ideal seperti ayahnya.

Begitu juga anak laki-laki, saat memilih istri dia akan memilih kriteria perempuan yang mirip dengan ibunya.

See? Betapa besar peran kita dalam membentuk karakternya, betapa besar kita berpengaruh dalam kehidupannya.

Mendidik dengan memberi contoh yang baik akan jaaaauh lebih efektif daripada mengomel dan menasehati panjang lebar.
Karena mata akan lebih cepat melihat seperti halnya petir yang lebih dahulu bercahaya sebelum terdengar gelegar suaranya meskipun keduanya terjadi bersamaan


Fitrina Kamalia

No comments:

Post a Comment

Popular Posts