Monday, June 19, 2017

GURU YANG PALING MENGERTI MURID ITU BERNAMA IBU

Saat ini kakak Binar hampir memasuki usia ke empat tahun, dan saya belum juga tergerak untuk mendaftarkan ia ke sekolah taman bermain. Banyak sekali yang menanyakan, kenapa Binar belum sekolah? apa nggak takut kuper alias kurang pergaulan? apa nanti nggak takut ketinggalan? apa nggak sayang kecerdasannya nggak dikembangkan dari kecil? lagian masuk play grup biayanya berapa sih, jangan pelit dong sama anak, endebla endebla endebla.

Tarik nafas, hembuskan dan tersenyum... selow...

Begini, ibu.. saya sangat senang sekali banyak yang perhatian kepada anak saya, itu tandanya banyak yang sayang. Akan tetapi saya menyadari betul akan pentingnya mempersiapkan anak sebaik mungkin sebelum masuk sekolah, berapa usia idealnya, apa yang harus dibekalkan kepada anak, kapan anak siap untuk masuk kepada dunia sosialnya dll. Saya yakin, mendaftarkan anak ke sekolah bukan hanya soal gengsi orang tua yang anaknya sudah sekolah sejak dini, bahkan kalau bisa sejak baru lahir hahahah
Akan tetapi lebih jauh dari itu, bahwa Allah menganugerahkan gelar Al ummu madrosatuul uula bukannya tanpa alasan, bahwa ibu adalah guru yang pertama dan utama untuk anak-anaknya, karena apa? karena ibu adalah guru yang paling tahu dan paling memahami tentang anak-anaknya. Sedangkan adakah yang lebih baik dari pada seorang guru yang sangat menyayangi dan mengenal murid-muridnya? sehingga sang guru tahu betul metode pembelajaran yang tepat, porsi ilmu yang sesuai dan menyampaikannya dengan penuh kesabaran.

Saya memiliki dua anak dengan jarak usia yang tidak terlalu jauh, yaitu dua tahun. Mungkin tidak akan terlalu susah untuk menentukan kurikulum pembelajaran untuk keduanya, tapi yang lebih menantang adalah menentukan metode pembelajarannya, karena kedua anak saya ini memiliki karakter yang sangat berbeda, si kakak dengan gayanya yang koboi, aktif dan cenderung visual, sedangkan adiknya yang kalem, sensitif dan fokus. PR saya untuk mengakomodir keduanya dengan porsi waktu saya yang terbatas. 

Sesuai dengan passion saya di Dunia pendidikan, alhamdulillah saya menikmati peran saya sebagai pendidik di universitas kehidupan kami. Meskipun murid saya hanya dua dan usianya masih balita, tapi saya tetap menjalankan proses pembelajaran dengan profesional heheheh, diantaranya adalah:

- Saya banyak membaca, banyak mencari referensi pendidikan anak usia dini, banyak mengikuti seminar dan training online maupun offline, serta melakukan banyak hal untuk meningkatkan kapasitas saya untuk menjadi pendidik yang profesional. Saya ingin memiliki anak yang sholihah dan cerdas, maka dari itu saya memantaskan diri untuk menjadi cerdas dan sholihah terlebih dahulu sebelum mencerdaskan orang lain :)

- Mencari beberapa metode mengajar dan kurikilum yang seuai dengan karakteristik anak-anak. Banyak sekali kurikulum home schooling yang menarik, tapi sang guru harus tetap memilih dan memilah mana yang sesuai dan mana yang tidak untuk anak didiknya, jadi enaknya homeschooling itu kurikulumnya customized dan bisa disesuaikan dengan passion anak.

- Dirumah kami memiliki dinding coret, semacam sticker dinding yang bebas di coret-coret (karena bisa dihapus seperti white board), area tersebut adalah area bebas berkreasi untuk anak, mereka boleh menggambar apapun, boleh menulis ataupun hanya sekedar coret-coret saja, lumayan untuk melatih motorik halusnya.

- Kami memfasilitasi "rumah belajar" kami dengan perpustakaan mini. Kami memiliki banyak buku-buku anak dari usia 0-15 tahun, anak bebas memilih buku apa saja yang ingin mereka baca (dibacakan), jika gurunya lagi repot, proses membacakan buku didelegasikan kepada e pen wkwkwkkw

- Sejauh ini anak-anak sudah menemukan ketertarikannya, si Kakak lebih suka buku yang berbau science, sedangkan si adik lebih suka buku yang berkisah atau buku cerita, PR Gurunya adalah bagaimana mengembangkan potensi dan ketertarikanya masing-masing dalam pembelajaran di kelas yang sama.

- Selain itu kami juga belajar dengan metode bermain peran agar value dan theory yang diperoleh anak-anak dari membaca dapat dipraktekkan langsung untuk mengetahui sejauh mana pemahamannya. Metode lain, bisa juga dilakukan dengan presentasi atau berdiskusi santai, misalnya setelah kakak membaca buku tentang ekosistem, Bunda akan bertanya, "kakak, kenapa zebra nya diburu dan dimakan oleh kawanan singa?", dari sana saya dapat menggali lebih jauh tentang pemahaman rantai makanan, tentang perasaannya melihat zebra yang mati dimakan singa, tentang singa yang tidak akan bertahan hidup jika tidak makan dan jenis-jenis hewan menurut makanannya (herbivora, karnivora dan omnivora).

Jadi, saat anak-anak terlihat hanya main-main di rumah dan tidak berangkat sekolah pagi-pagi seperti teman yang lainnya, bukan berarti mereka tidak belajar. Begitu pula dengan ibu-ibu yang hanya dasteran di rumah dan tidak berangkat ke kantor, bukan berarti mereka tidak berkarya dan beraktualisasi diri :)

Terus semangat untuk belajar, karena belajar bisa dimana saja dan kapan saja :*

#NHW5

No comments:

Post a Comment

Popular Posts