Suatu ketika saya keceplosan menegur si Kakak dengan sebutan
nakal saat dia memukul adiknya karena rebutan mainan, “ Kakak jangan nakal dong
sama adek, mainnya sama-sama ya, jangan rebutan”
Ternyata hal sepele itu berbuntut panjang, si adek mengenal
konsep nakal dari omongan saya, jadi setiap kakaknya merebut mainan atau
memukul dia mengadu ke saya : “Bunda, kakak akal!”
Jlebbb..!!
Pun tak kalah gawat efeknya pada si kakak, saat adiknya
nangis, dia sontak bertanya kepada saya, “Bunda, kakak nakal ya?”
Kemudian saya langsung memeluknya, “enggak kak, kakak baik
sama adek, kakan sayang sama adek”, lalau saya berikan pengertian bahwa merebut
mainan itu tidak baik, dan saya berikan contoh bagaimana meminjam mainan dengan
baik kepada adiknya.
Ya Allah, astaghfirullah…
Saya tidak bisa menjaga mulut saya dengan baik, ternyata
keceplosan seremeh itu berakibat sangat buruk. Kesan nakal itu begitu di ingat
oleh Binar karena saya pernah menyebutnya nakal, bukannya justru memperbaiki
keadaan tapi malah menimbulkan sikap negatif lain pada si bungsu saya. Dia
merasa menjadi “anak nakal” tiap kali adiknya nangis, padahal seringkali
adiknya juga yang membuat kesalahan terlebih dahulu.
Belajar dari pengalaman itu, sekarang saya sangat
berhati-hati dengan labeling, karena apa yang kita labelkan ke anak akan
disimpan baik-baik dalam memorynya, semakin lama semakin mengendap menjadi
karakter tetap dalam dirinya. Terutama pada usia 1-5 tahun, dimana kebutuhan
pang besar anak adalah rasa aman dari keluarganya untuk membangun konsep diri
dan rasa berharga, apa jadinya jika anak justru mendapat labeling negatif,
bullying dan penolakan dari keluarganya sendiri?
Semakin jauh saya berfikir, tentang anak-anak yang
dibesarkan di lingkungan yang kasar, setiap kali melakukan kesalahan selalu di
maki dengan sebutan “anak setan”, “brengsek” , “nggak tahu diri”, “dasar anjing”
dan cacian lainnya, tak heran jika mereka bertumbuh menjadi apa yang dilabelkan
kepada mereka.
Jikapun dulunya kita adalah anak-anak yang dibesarkan dengan
label negatif oleh orang tua kita, mari kita stop sampai di diri kita, tidak
perlu kita teruskan bahkan diwariskan ke anak dan generasi kita.
Saat saya kecil dulu, saya biasanya dipanggil unyil karena
saya berbadan kecil, saya tahu itu adalah panggilan kesayangan dari saudara
saya, tapi tanpa saya sadari sampai saat ini saya selalu merasa berbadan kecil
meskipun berada bersama orang yang lebih mungil dari pada saya, karena dalam pikiran
saya, Fitrina itu kecil.
Moms, melabeli dengan label negative itu tidak dibenarkan,
apapun alasannya, baik untuk panggilan sayang, bercanda maupun peringatan saat
anak melakukan kesalahan. Karena, labeling itu seperti halnya doa yang terus di
ucapkan, yang suatu saat akan terwujud seperti apa yang di labelkan.
No comments:
Post a Comment