Memiliki sebuah rumah yang nyaman adalah impian bagi setiap keluarga, apalagi jika anak-anak sudah mulai besar dan membutuhkan lingkungan yang lebih sehat untuk perkembangannya, makanya memiliki rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok sebuah keluarga. Akan tetapi sebelum membeli rumah banyak hal yang perlu kita pertimbangkan, karena saat membeli rumah kita tidak hanya membeli sebuah bangunan, tapi juga lingkungannya. Rumah merupakan investasi jangka panjang, yang jika kita salah pilih maka akan berakibat panjang pula untuk kehidupan kita. Misalnya kita membeli rumah dilingkungan yang tidak baik dengan tingkat kenakalan remaja yang tinggi, maka resiko yang harus kita pertaruhkan adalah masa depan anak yang mungkin saja terkontaminasi oleh lingkungannya. na'udzubillah.... nggak mau dong anak kita jadi bandel karena tumbuh dilingkungan yang tidak baik?*getokmejatigakali
Rumahku surgaku, insyaAllah
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membeli rumah:
Lingkungan
Seperti yang kita bahas tadi, kite membeli rumah bukan hanya memberli sepetak tanah dan sebuah bangunan, tapi juga lingkungan yang akan menjadi "play ground" untu anak-anak nantinya. Kebayang dooong kalau anak main di tempat yang kotor maka anak kita pun beresiko terkena kotoran saat main, kalau cuma kotor secara fisik sih bisa dicuci atau dimandiin, tapi kalau kotornya secara psikis? nah lo.. musti ati-ati kan?. Saya pernah belajar tentang peribahasa arab yang selalu saya ingat sampai sekarang, bahwa keburukan perilaku itu menular. Makanya cari informasi sebanyak-banyaknya dulu tentang lingkungan sekitar, misalnya angka kriminalitasnya tinggi atau tidak, kenakalan remajanya, fasilitas pendidikan ada atau tidak dll. Selain itu kondisi alamnya juga harus diperhatikan karena akan berhubungan dengan kualitas air, udara , tanah, banjir dll.
Developer
Jika kita ingin membeli rumah di perumahan, maka harus
diperhatikan juga reputasi developernya. Karena untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti Developer kabur, tidak bertanggungjawab terhadap
perumahan, dan reputasi developer akan mempengaruhi cepat atau tidaknya
approval pihak Bank untuk pengajuan pembelian rumah. Carilah sebanyak mungkin
informasi tentang developer tersebut, seperti perumahan mana saja yang pernah
dibangun, pernah ada kasus atau tidak, sudah berapa lama berdiri dll.
Bunga KPR dan Bank penyedia KPR
Nah ini adalah bagian yang harus dilihat
secara detail, pemilihan Bank untuk pengajuan KPR juga berkaitan dengan bunga
KPR yang akan kita ambil. Secara garis besar, bunga KPR itu ada dua jenis,
yaitu bunga cicilan tetap (fix rate) dan bunga mengambang (floating rate). Jika
kita mengambil yang fix rate maka cicilan kita akan stabil (tetap) dari awal
cicilan sampai akhir, sebaliknya jika kita mengambil yang floating rate maka
bunga KPR akan mengikuti suku bunga pasar. Tapi banyak juga bank yang
menerapkan keduanya, yaitu fix rate di beberapa tahun pertama dan
selanjutnya menerapkan system floating rate. Nah yang harus benar-benar di
perhatikan adalah misalnya jika bank memberikan fix rate 2 tahun pertama dengan
bunga 9,5% maka pada tahun ketiga biasanya akan mengalami kenaikan cicilan,
tanyakan ke pihak bank berapa floating rate saat ini dan berapa maksimal bunga
floating ratenya. Karena jika kita tidak memprediksikan berapa perubahan
cicilan pada tahun ketiga, bisa-bisa akan berpengaruh pada kondisi keuangan
keluarga karena kesalahan perhitungan. Kata orang, tahun pertama/kedua saat
menggunakan fix rate merupakan masa-masa “bulan madu”, jika bulan madunya habis
maka akan terasa pahitnya. Makanya jangan terburu-buru untuk mengambil
keputusan, jangan karena asal di approve pengajuan KPRnya dan jangan pula
tergiur dengan suku Bunga rendah diawal tahun cicilan. Teliti lagi, kita berhak
memilih dan berhak memperoleh informasi selengkap mungkin untuk mendapatkan
Bank yang sesuai dengan kemampuan kita. Karena ada beberapa developer bekerja
sama dengan Bank tertentu dan memaksa pembeli untuk menggunakan bank tersebut
tanpa memberikan informasi yang jelas, nah pas ada ketidaksesuaian antara
pembeli dan pihak bank, developernya pun tidak mau tahu, susah kan? Lalu, yang
mana dong yang harus kita ambil? Sesuaikan saja, jika kita karyawan dengan gaji
yang stabil dan bisa diprediksi maka lebih baik mengambil yang fix rate untuk
mengantisipasi naiknya suku bunga yang cukup signifikan tapi cicilan tidak
dapat ditutup (dilunasi) sebelum masa fix rate nya selesai. Nah, jika kita
pengusaha yang memungkinkan untuk bisa menutup cicilan dalam waktu beberapa
tahun, maka ambil saja yang floating rate karena cicilan bisa ditutup/dilunasi tanpa kena pinalti dan kita tidak perlu
membayar bunga dibeberapa tahun yang tersisa (hanya pinjaman pokok yang
dilunasi).
Kondisi keuangan keluarga
Membeli rumah itu bukan seperti membeli hanphone yang jika
membelinya kredit bisa dicicil beberapa bulan saja. Perhitungkan baik-baik
kondisi keuangan keluarga, misalnya jika cicilannya 5 juta perbulan selama 15
tahun, selain untuk operasional dan kelangsungan hidup keluarga perhatikan juga
apakah tabungan pendidikan anak juga sudah dipersiapkan? Jangan sampai yang
niat awalnya ingin menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi jadi terbengkalai
karena cicilan rumah yang menyabotase tabungan pendidikan anak. Yang paling
tahu kondisi keuangan keluarga kita adalah kita sendiri, jadi jangan memaksakan
jika memang belum pas dengan perhitungan kita.
Itulah beberapa tips dari saya, hal tersebut saya dapatkan dari
pengalaman saya waktu mau beli rumah dulu, jika punya saran lain yuk di share….
No comments:
Post a Comment