Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel tentang anak cerdas, sebenarnya anak cerdas itu yang bagaimana? yang juara kelas? yang ikut kelas akselerasi? yang banyak teman? atau yang seperti apa?
Setelah saya merefleksikan ke diri saya sendiri tentang dari mana datangnya cerdas itu? karena cerdas adalah akibat dari suatu kondisi tertentu *haiyah... bahasanya mbulet
Nah lalu apa faktor yang menyebabkan anak menjadi cerdas, jawabannya adalah sensitifitas atau kepekaan. Peka disini bukan berarti anak menjadi cengeng dan minder, tapi lebih kepada cepat tangap dengan hal-hal yang terjadi disekitarnya. Mengapa anak harus peka? karena dengan menjadi peka anak akan memperhatikan dan mempelajari hal-hal yang terjadi disekitarnya. Dengan peka anak mempelajari bahwa benda jatuh karena adanya gravitasi bumi (logika), dengan peka anak mempelajari bagaimana berempati (sosial), dengan peka anak bisa lebih mengenal Tuhannya (spiritual), dengan peka anak belajar mencari solusi bagi masalahnya (problem solving).
Maka dari itu melatih kepekaan anak sejak dini sangatlah penting, dan dibarengi dengan bagaimana mengelola kepekaan tersebut. Misalnya dalam hal kecil saja, anak melihat air hujan, mengapa bisa terjadi hujan? apa manfaat hujan buat manusia? mengapa hujan turun dari langit? dimana sumbernya? nah, orang tua harus tanggap dengan hal-hal tersebut, fasilitasilah rasa keingintahuannya dengan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya tersebut. Jika orang tua tidak bisa menjawabnya ajaklah anak mencari jawabannya di buku atau internet. Yang terpenting, jangan sampai orang tua memutus rasa keingintahuannya dengan cara membohongi, mengabaikan atau menyebut anak cerewet karena banyak tanya.
Hal yang paling gampang dilakukan untuk melatih kepekaan anak adalah dengan memberinya stimulus dengan memberinya pertanyaan yang memancing rasa keingintahuanya, contohnya; kok ikannnya bisa bernafas di air ya dek? Bolanya kenapa tidak tenggelam di air? saat cuaca panas kepada adek berkeringat? dll.
Poin pentingnya, anak cerdas bukanlah diukur dari seberapa bagus nilai rapor akademisnya, tapi lebih kepada ketrampilan anak dalam mengenali diri dan lingkungannya yang akan menjadikan anak lebih dekat dengan Tuhannya, mampu mengatasi masalah dalam kehidupannya dan mampu memberi manfaat untuk orang-orang disekitarnya.
Duh ... Asma malah terlalu banyak tanya. Bundanya sampai bingung harus jawab apa. Di jalan, di kamar mandi, sampai mau tidur. Heheh
ReplyDeleteSama banget, kadang petanyaannya adalah pertanyaan yang nggak kita prediksi, lucu dan membingungkan.. hihihi
Delete