Saturday, October 24, 2015

Punya dua anak perempuan? jangan lakukan ini ya..

“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)


Gambar diambil dari sini

Memiliki dua anak perempuan yang tjantik-tjantik memiliki kebahagiaan tersendiri, selain besar pahalanya, anak perempuan bisa didandanin dan pilihan bajunya lucu-lucuu.... 
Tapi, ada tapinyaaaa..... anak perempuan memiliki sifat yang sensitif jadi ada beberapa hal yang harus dijaga dan nggak boleh dilakukan oleh orang tua ke dua anak perempuannya, cekidot ya...

Jangan membanding-bandingkan antara si kakak dan si adek
Banyak orang tua yang tidak sadar bahwa mereka senang membanding-bandingkan anak, misalnya : "kok adek nggak seperti kakak sih, kakak tuh gampang ngerti kalau Bunda  ajarin" atau  "kok kakak penakut banget sih, lihat dong adek berani dan percaya diri maju ke panggung", mungkin maksud orang tua adalah ingin memberikan dukungan agar anak bisa mengikuti kakak atau adiknya yang lebih baik, tapi dengan membanding-bandingkan justru membuat anak down dan merasa orang tuanya lebih menyayangi saudaranya daripada dia.

Jangan memberi label
Kakak pinter dan adik cantik, secara umum memang terdengar wajar-wajar saja sih panggilan seperti itu, tapi sebenarnya secara tidak sadar orang tua telah melabeli anak dengan panggilan tersebut. Pada kasus anak yang peka, panggilan kakak pinter akan membuat adiknya merasa tidak akan bisa sepintar kakaknya, karena label pintar selalu melekat pada si kakak, so... bisa jadi anak menjadi minder lho moms...

Jangan menyamakan standart 
Beda anak beda bakat, setuju?? yup..!! meskipun adik dan kakak adalah saudara sedarah dan serahim, tapi mereka memiliki bakat dan kualitas yang berbeda. Jadi jangan pernah memberikan standart yang sama untuk keduanya, misalnya keduanya harus ikut kursus balet atau anak harus masuk di sekolah favorit. Sebagai orang tua, kitalah yang seharusnya paling tahu tentang bakat dan kemampuan anak-anak, jika si kakak bisa masuk ke universitas ternama, bukan berarti si adik harus masuk ke universitas yang sama pula, mungkin saja kemampuan dan bakat mereka berbeda, mereka juga memiliki kemauan, tanyakan dan akomodir keinginan mereka dengan tetap mengarahkan tanpa harus memaksakan.

Jangan selalu mewariskan barang-barang kakak ke adik
Ini dia nih hobi emak-emak irit kaya saya, dengan prinsip "kalau masih bagus kenapa nggak dipakai lagi?" . Boleh sih mewariskan barang-barang kakak yang masih layak pakai ke adiknya, tapi jangan selalu seperti itu,karena akan membuat si adik merasa mejadi penadah barang-barang bekas kakaknya, nggak adil dong kalau kakak aja yang memiliki barang-barang baru sedangkan adiknya cuma sisa-sisa?. Ada beberapa hal yang saya lakukan jika ingin membelikan barang-barang untuk anak-anak, diantaranya: jika beli baju, saya beli dua untuk adik dan kakak, jika membeli keperluan sekolah saya beli sesuai kebutuhan (adik saja atau kakak saja), jika beli mainan saya beli dua tapi jenisnya berbeda biar bisa gantian dan sharing. 

Jangan membuat persaingan yang tidak sehat
Persaingan atau kompetisi tidak sehat itu yang kaya gimana? kompetisi makan junk food gitu?? bukannnnn...! tapi persaingan yang memunculkan konflik antara keduanya. Misalnya si adik mengadu: "Bunda tadi kakak di hukum guru di sekolah karena nggak ngerjain PR", nah kita sebagai orang tua jangan menegur si kakak dengan embel-embel "kata adik, kamu bla..bla..bla..." selain tidak efektif, itu justru akan menimbulkan permusuhan diantara keduanya. Yang seharusnya dilakukan adalah ajak si kakak ngobrol, tanyakan tentang kegiatan disekolahnya, happy atau nggak? sudah mengerjakan PR atau belum? dengan ngobrol santai begitu si kakak akan bercerita dengan sendirinya dengan tanpa melibatkan si adik kedalam permasalahannya. Selain itu si adik juga tidak merasa basar hati karena telah memberikan informasi yang penting dan membuat dirinya merasa paling benar karena tidak dihukum disekolah.

Jadi yess, memang menjadi orang tua itu tidak ada sekolahnya, tapi kita bisa belajar menjadi orang tua yang baik karena kita juga pernah menjadi anak yang telah merasakan manis pahitnya gaya parenting orang tua kita,jadi sesuaikan saja.... ada yang mau sharing? monggo.....




7 comments:

  1. Aku belum jadi ibu tapi yang di tulis di atas emang semuanya bener terjadi dan yang paling aku rasain sebagai anak bontot sih dapet lungsuran baju, hehe. Tapi baju baru mah tetep ada..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaah tosss! samaan kitah... anak bontot emang banyak warisan.

      Delete
  2. Pemberian hadiah ada baiknya juga dipertimbangkan, bisa jadi hadiah yg tidak sama dpt menimbulkan perasaan iri pada diri anak. Kadang si adik cemberuuuuut ajah krn si kakak dpt hadiah yg lbh gedhe :)

    Terimakasih mba share yg bermanfaat. Saya follow blog-nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi dikira yang gede lebih bagus ya,,, thanks for share mbak, saya follback ya...

      Delete
  3. hehe, aku sama adekku beda, tapi alhamdulillah ga dibandingkan. karena memang punya perbedaan yang saling melengkapi, mba. kalau adekku jago bahasa, aku lebih suka yang praktis2 kayak matematika. meski selera makan sama :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah enak banget tuh kalau ada PR, bisa saling bantu ngerjain hihihi

      Delete
  4. Alhamdulillah, aku ikutin semua saran diatas ;)

    ReplyDelete