“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa
maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi
menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)
Gambar diambil dari sini
Memiliki dua anak perempuan yang tjantik-tjantik memiliki
kebahagiaan tersendiri, selain besar pahalanya, anak perempuan bisa didandanin
dan pilihan bajunya lucu-lucuu....
Tapi, ada tapinyaaaa..... anak perempuan memiliki sifat yang
sensitif jadi ada beberapa hal yang harus dijaga dan nggak boleh dilakukan oleh
orang tua ke dua anak perempuannya, cekidot ya...
Jangan membanding-bandingkan antara si kakak dan si adek
Banyak orang tua yang tidak sadar bahwa mereka senang
membanding-bandingkan anak, misalnya : "kok adek nggak seperti kakak sih,
kakak tuh gampang ngerti kalau Bunda ajarin" atau "kok
kakak penakut banget sih, lihat dong adek berani dan percaya diri maju ke panggung",
mungkin maksud orang tua adalah ingin memberikan dukungan agar anak bisa
mengikuti kakak atau adiknya yang lebih baik, tapi dengan membanding-bandingkan
justru membuat anak down dan merasa orang tuanya lebih menyayangi saudaranya
daripada dia.
Jangan memberi label
Kakak pinter dan adik cantik, secara umum memang terdengar
wajar-wajar saja sih panggilan seperti itu, tapi sebenarnya secara tidak sadar
orang tua telah melabeli anak dengan panggilan tersebut. Pada kasus anak yang
peka, panggilan kakak pinter akan membuat adiknya merasa tidak akan bisa
sepintar kakaknya, karena label pintar selalu melekat pada si kakak, so... bisa
jadi anak menjadi minder lho moms...
Jangan menyamakan standart
Beda anak beda bakat, setuju?? yup..!! meskipun adik dan kakak
adalah saudara sedarah dan serahim, tapi mereka memiliki bakat dan kualitas
yang berbeda. Jadi jangan pernah memberikan standart yang sama untuk keduanya,
misalnya keduanya harus ikut kursus balet atau anak harus masuk di sekolah
favorit. Sebagai orang tua, kitalah yang seharusnya paling tahu tentang bakat
dan kemampuan anak-anak, jika si kakak bisa masuk ke universitas ternama, bukan
berarti si adik harus masuk ke universitas yang sama pula, mungkin saja kemampuan
dan bakat mereka berbeda, mereka juga memiliki kemauan, tanyakan dan akomodir
keinginan mereka dengan tetap mengarahkan tanpa harus memaksakan.
Jangan selalu mewariskan barang-barang kakak ke adik
Ini dia nih hobi emak-emak irit kaya saya, dengan prinsip
"kalau masih bagus kenapa nggak dipakai lagi?" . Boleh sih mewariskan
barang-barang kakak yang masih layak pakai ke adiknya, tapi jangan selalu
seperti itu,karena akan membuat si adik merasa mejadi penadah barang-barang
bekas kakaknya, nggak adil dong kalau kakak aja yang memiliki barang-barang baru
sedangkan adiknya cuma sisa-sisa?. Ada beberapa hal yang saya lakukan jika
ingin membelikan barang-barang untuk anak-anak, diantaranya: jika beli baju,
saya beli dua untuk adik dan kakak, jika membeli keperluan sekolah saya beli
sesuai kebutuhan (adik saja atau kakak saja), jika beli mainan saya beli dua
tapi jenisnya berbeda biar bisa gantian dan sharing.
Jangan membuat persaingan yang tidak sehat
Persaingan atau kompetisi tidak sehat itu yang kaya gimana?
kompetisi makan junk food gitu?? bukannnnn...! tapi persaingan yang memunculkan
konflik antara keduanya. Misalnya si adik mengadu: "Bunda tadi kakak di
hukum guru di sekolah karena nggak ngerjain PR", nah kita sebagai orang
tua jangan menegur si kakak dengan embel-embel "kata adik, kamu
bla..bla..bla..." selain tidak efektif, itu justru akan menimbulkan
permusuhan diantara keduanya. Yang seharusnya dilakukan adalah ajak si kakak
ngobrol, tanyakan tentang kegiatan disekolahnya, happy atau nggak? sudah
mengerjakan PR atau belum? dengan ngobrol santai begitu si kakak akan bercerita
dengan sendirinya dengan tanpa melibatkan si adik kedalam permasalahannya.
Selain itu si adik juga tidak merasa basar hati karena telah memberikan
informasi yang penting dan membuat dirinya merasa paling benar karena tidak dihukum
disekolah.
Jadi yess, memang menjadi orang tua itu tidak ada
sekolahnya, tapi kita bisa belajar menjadi orang tua yang baik karena kita juga
pernah menjadi anak yang telah merasakan manis pahitnya gaya parenting orang
tua kita,jadi sesuaikan saja.... ada yang mau sharing? monggo.....
Aku belum jadi ibu tapi yang di tulis di atas emang semuanya bener terjadi dan yang paling aku rasain sebagai anak bontot sih dapet lungsuran baju, hehe. Tapi baju baru mah tetep ada..
ReplyDeleteHahaah tosss! samaan kitah... anak bontot emang banyak warisan.
DeletePemberian hadiah ada baiknya juga dipertimbangkan, bisa jadi hadiah yg tidak sama dpt menimbulkan perasaan iri pada diri anak. Kadang si adik cemberuuuuut ajah krn si kakak dpt hadiah yg lbh gedhe :)
ReplyDeleteTerimakasih mba share yg bermanfaat. Saya follow blog-nya.
hihihi dikira yang gede lebih bagus ya,,, thanks for share mbak, saya follback ya...
Deletehehe, aku sama adekku beda, tapi alhamdulillah ga dibandingkan. karena memang punya perbedaan yang saling melengkapi, mba. kalau adekku jago bahasa, aku lebih suka yang praktis2 kayak matematika. meski selera makan sama :D
ReplyDeletewah enak banget tuh kalau ada PR, bisa saling bantu ngerjain hihihi
DeleteAlhamdulillah, aku ikutin semua saran diatas ;)
ReplyDelete