Hah? sampah kok dikantongin? kan bau....
Sampah yang saya maksud disini bukanlah sampah yang basah yang bau seperti di tong sampah ya, tapi sampah kering seperti bungkus permen, plastik, botol minuman dll. Saya melakukan hal tersebut bukannya tanpa dasar, tapi karena saya selalu menekankan pada diri saya untuk tidak buang sampah sembarangan. Jika ada tempat sampah yang tersedia, saya langsung buang saat itu juga, tapi jika setelah saya cari-cari tapi nggak nemu tempat sampah ya terpaksa saya kantongin sampai saya ketemu tempat sampah atau bahkan saya bawa pulang untuk saya buang dirumah kalau ingat. Karena saya yakin bahwa budaya membuang sampah sembarangan dimulai dari kebiasaan kecil seperti membuang bungkus permen sembarangan yang terus menerus ditolerir dan akhirnya membentuk habit karena membuang sampah sembarangan menjadi hal yang lumrah. Sebenarnya hal yang harus ditekankan ke masyarakat adalah rasa bersalah dan beban moral saat seseorang membuang sampah, dengan begitu saat orang akan buang sampah seenaknya alarm dalam otaknya berfungsi untuk mencegahnya. Sepertinya kok berlebihan banget ya kalau buang sampah sembarangan dikaitkan dengan beban moral dan rasa bersalah, tapi coba kita flash back lagi, banjir di Jakarta karena apa? polusi tanah disebabkan oleh apa? dan kenyamanan kota terganggu karena apa? jawabannya adalah sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Lalu dimana letak beban moralnya? Nah kalau nanti banjir, berapa ratus warga yang rugi? kalau tanah berpolusi, berapa generasi yang akan merasakan efeknya? kalau kota sudah tidak nyaman, dapatkah kita hidup sehat? Yuk, kita mulai tanamkan ke diri kita masing-masing bahwa satu sampah yang kita buang memberikan kontribusi bagi kerugian banyak orang, jadi pilah, pilih dan buang sampah dengan benar, pada tempatnya, dan jika memungkinkan mari kita terapkan reduce reuse and recycle.
Kadang saya suka gemes kalau lihat orang yang suka buang sampah seenaknya, sikap tersebut mencerminkan mentalitas dan kepribadian seseorang lo. Seperti halnya orang yang suka menyerobot antrian tanpa rasa sungkan atau malu, mungkin hal seperti itu merupakan hal yang wajar baginya karena sudah menjadi habit, errrmmmmm.... pengen nimpuk pake tas!
Kadang saya berfikir, kapan ya manajemen sampah kita bisa seperti di Jepang, mereka mengedukasi warganya untuk disiplin sampah dengan memilih sampah sesuai jenisnya, membuang sampah sesuai jadwalnya dan bahkan mereka mencuci beberapa jenis sampah sebelum dibuang agar memudahkan untuk pengolahannya. Yang lebih mengagumkan lagi sebuah botol bekas harus dipisah-pisah pembuangannya, tutupnya masuk ke kategori burnable garbage , botol nya masuk ke kategori pet bottle dst.
Memang masalah sampah ini terlihat sepele, tapi sebenarnya manajemen sampah perlu melibatkan peran pemerintah untuk mengedukasi warganya dan membuat peraturan yang tegas tentang larangan membuang sampah sembarangan. Setahu saya sih memang sudah ada peraturannya, tapi realisasinya? kontrolnya? sanksinya? belum maksimal!
Udah deh, kalau ngomongin soal pemerintah kejauhan, yuk kita mulai dari diri kita sendiri, dari keluarga kecil kita, anak-anak kita, dan semoga kebiasaan kecil ini bisa menular kelingkungan kita yang lebih luas lagi.
gambar diambil dari sini
Save our earth!
siip
ReplyDeleteTerimakasih...
DeleteKok seperti habit saya dan anak-anak...kalau saya sudah sejak kecil. ENtah kenapa kalo liat sampah berserakan jadi gatel tangannya untuk bersih2. HEhehe
ReplyDeleteToss... berarti kita sama mbak, kebiasaan baik yang harus ditularkan ke anak-anak kita..
Delete